Friday, October 26, 2007
Thursday, October 25, 2007
Understanding Local Culture to Create Impactfull Branding
Disampaikan Dalam Indonesian TradeXpo 2007
PRJ Kemayoran Jakarta
Kamis, 25 Oktober 2007
Hadirin yang terdiri sesama exhibitor, pengunjung dan buyer dari dalam dan luar negeri
Suasana presentasi di Theater Paviliun Icon Tradexpo 2007
Merasa Ragu? Good!
Meninggalkan kebiasaan lama memang tidak mudah. Selalu ada keraguan ketika memutuskan untuk berubah: keluar dari zona kenyamanan yang biasa kita nikmati setiap hari dan menuju wilayah baru yang asing dan tak terpetakan. Ini adalah sebuah gejala yang wajar, sewajar adik bayi yang demam ketika mendapat suntikan vaksin. Jika keraguan atau ketakutan mulai menyerang, maka tersenyumlah. Keraguan akan mematangkan pertimbangan kita sebagai salah satu mekanisme internal control. Setelah itu, tutuplah semua pintu yang bisa membuatmu menoleh ke belakang. Bakar semua perahu penyelamatmu seperti Jabal Tariq. Sehingga satu-satunya jalan yang tersisa buatmu hanyalah ke depan. Dan teruslah melangkah.
Se-simple itu. Meskipun tentu saja tidak semudah ketika menuliskannya. Landskap masa depan ditentukan oleh sekelompok minoritas yang ide-ide besarnya semula dianggap asing, tidak wajar bahkan gila. Mereka yang terus maju ke depan karena keyakinan yang kuat, ketika orang-orang di sekitarnya tertawa mencemoohkan. Orang-orang langka seperti ini akan menjadi gelombang yang tidak terhentikan. Yang tidak saja akan menghempaskan milyaran buih ke pantai, tapi juga meruntuhkan karang-karang yang terjal.
Seorang bijak pernah berkata, resiko terbesar dalam hidup adalah tidak pernah berani mengambil resiko. Dan keteguhan atas sebuah visi di masa depan – kata Goethe – menyimpan kekuatan, kejeniusan dan keajaibannya sendiri. Keberuntungan akan datang bahkan tanpa pernah disangka-sangka. Sejarah banyak mencatat kebenaran kata-kata sederhana ini, jika kita mau belajar darinya.
Dan kembali ke topik awal yang judulnya sok barat itu, saya tidak menawarkan banyak hal lewat tulisan ini. Saya percaya bahwa ide-ide lokal sangat punya potensi kekuatan, justru karena kelokalannya. Ide kreatif yang berangkat dari lokalitas itu jumlahnya tak terbatas, dan jika diolah maksimal akan menjelma jadi masterpiece berkelas internasional.
PRJ Kemayoran Jakarta
Kamis, 25 Oktober 2007
Hadirin yang terdiri sesama exhibitor, pengunjung dan buyer dari dalam dan luar negeri
Suasana presentasi di Theater Paviliun Icon Tradexpo 2007
Tukang jual obat sedang menjajakan ide segar dengan semangat lokal agar bisa menginternasional (walah!)
Saya ingin memulai tulisan ini dengan sebuah ide sederhana: bahwa sesungguhnya negeri seribu pulau ini punya kekayaan ide berbasis budaya yang tidak ada habisnya. Tapi tolong dirombak total pengertian budaya di kepala kita semua. Budaya itu tidak sekedar tari-tarian, lagu daerah, jenis bahasa, makanan khas, busana daerah dan upacara adat suku-suku. Kalo hanya berhenti di sini, mungkin kita tak berbeda dengan apa yang telah dilakukan dengan cara lama: kekayaan budaya itu jadi biasa-biasa saja, kuno dan membosankan. Budaya Indonesia juga menyangkut seluruh aspek bagaimana bangsa ini menghadapi dan menghidupi dirinya dalam keseharian. Di TradeXpo hari ini, ada 960 stand: banyak sekali produk menarik, unik dan lucu-lucu bentuknya, hasil olahan kreativitas anak bangsa yang tidak sekedar textbook. Jangan mereduksi budaya Indonesia dengan sekedar tari-tarian daerah: itu sangat merugikan potensi luar biasa bangsa kita.
Mengambil Jarak
Terus, bagaimana caranya agar kita ngeh: dan mampu menangkap hal-hal unik tersebut sehingga menjadi suatu ide yang ‘layak jual.’ Maka marilah kita menjadi ‘orang asing.’ Orang asing melihat segala sesuatu di depan matanya sebagai hal-hal baru, menarik, menimbulkan ketertarikan. Mulailah mengubah pola hidup sehari-hari yang terlanjur dianggap biasa dan wajar. Memberikan muatan dan nilai-nilai baru, melihat kehidupan dari sudut pandang yang berbeda. Yang bisa membuka katup-katup ide, menciptakan hal-hal baru yang menarik, yang berbeda. Karena di situlah sebenarnya ruang-ruang kreativitas baru bisa dibangun. Di situlah ide-ide besar yang bisa mempengaruhi ratusan juta orang di seluruh dunia punya kemungkinan terbesar untuk diciptakan.
Archimedes menemukan hukum tentang massa jenis di sebuah bak mandi, bukan di ruang kuliah atau laboratorium. Ia lari telanjang sambil berteriak,”Eureka!” Orang-orang yang melihatnya menganggap dia gila, tapi saat ini sekolah-sekolah ‘untuk orang waras’ di seluruh dunia dengan sadar menggunakan rumus penemuannya. Van Gogh potong kuping, setelah dia meninggal karyanya malah jadi masterpiece dan dibeli orang dengan harga paling mahal. Isaac Newton mendapatkan teori gravitasinya ‘hanya’ dengan mengamati jatuhnya buah apel. IDEO, sebuah perusahaan desain paling inovatif di Amerika mendapatkan ide-ide besarnya bukan dari lapangan bermainnya sendiri melainkan dari tempat pembuangan sampah, toko mainan, supermarket dan taman kanak-kanak.
Ide bisa berasal dari mana saja. Asal kita jeli mengamatinya, dan tidak sekedar mengambil ide itu mentah belaka. Mengutip Steve Jobs, kita harus membentuk kembali ide-ide dasar dari realitas alam itu dengan pemikiran dan kreativitas kita. Dengan itu kita menandai sejarah, tidak sekedar larut di dalamnya.
Dengan mengambil jarak dari rutinitas sehari-hari, kita bisa mencerna substansi dari hiruk pikuk kegiatan yang kita lakukan tanpa henti. Makan, minum, tidur, berangkat ke kantor, ngejar bis kota, terjebak macet dan seterusnya. Dengan menarik nafas panjang dan merenungkannya, kita bisa membedakan antara pekerjaan yang penting dan pekerjaan yang mendesak. Yang substansial dan aksesoris. Dengan jeda dan istirahat, otak kita akan terasah lagi kemampuannya dan tidak cepat aus karena terforsir setiap saat.
Melihat Potensi, Tidak Sekedar Realitas
Tuhan menganugerahi kita sepasang mata yang indah, untuk mengeja obyek-obyek dalam jangkauan pandangan kita. Jika kita bisa memaksimalkan fungsi ini, kita akan mendapatkan banyak sekali pelajaran dan keindahan. Mata adalah elemen terpenting estetika, dengannya kita bisa menikmati seribu warna yang menghias alam semesta.
Tapi ada baiknya jika kita tidak menggantungkan sepenuhnya penilaian atas pandangan mata yang bersifat fisik ini. Karena pandangan visual ini bukan satu-satunya. Lagipula kemampuannyapun – karena sifatnya yang physical – menjadi terbatas. Mata hanya mampu melihat realitas: menyerap kenyataan seperti adanya.
Ada sebuah pandangan yang bisa menjangkau lebih jauh, yang bahkan melampaui ruang dan waktu. Para psikolog menyebutnya pandangan pikiran. Pandangan ini bersifat spiritual dan hanya melihat potensi (Dr. David J. Schwartz, The Magic of Thinking Success) Pandangan ini adalah modal terbesar bagi seseorang untuk memiliki sebuah visi yang jelas di masa depan. Adalah kemampuan melihat tidak saja dalam ruang yang berbeda, tapi juga waktunya. Seorang visioner mampu melihat 5 atau 10 tahun ke depan, membayangkan kondisi ideal sampai detailnya dan membuat rencana-rencana sistematis untuk mewujudkannya. Seorang visioner adalah kreator yang antisipatif, bukan seorang follower yang reaktif.
Sampah yang menggunung, antrian di bank, penumpang yang penuh sesak di bis kota adalah teks bebas yang bisa diapresiasi secara berbeda atau bahkan bertolak belakang oleh seorang normal dengan pandangan visual belaka dan seorang visioner dengan pandangan pikiran.
Yang pertama akan melihatnya biasa saja. Tidak ada sedikitpun yang membekas di pikirannya. Yang kedua akan melihatnya sebagai peluang dan kesempatan. Dalam pandangan seorang visioner, setumpuk sampah bisa menjadi berton-ton pupuk atau karya seni instalasi. Antrian di bank bisa dimanfaatkan untuk membaca buku atau mengamati perilaku orang. Penumpang sesak bisa jadi ide iklan minuman ringan atau minyak wangi.
Peluang-peluang emas seperti ini tidak terlihat oleh mata biasa, lalu lenyap dan berganti pandangan lain. Seperti Jaelangkung: datangnya tanpa peringatan, perginyapun tanpa kesan.
Apa yang Salah Dengan Ide Kelas Lokal?
Hidup kita telah dikendalikan oleh gengsi, dalam segala bentuknya. Termasuk persetujuan implisit kita tentang kasta-kasta: ini perusahaan Jakarta, itu perusahaan daerah. Perusahaan multinasional, perusahaan nasional, perusahaan lokal. Mentalitas bangsa terjajah telah membuat kita sulit bersikap egaliter, pilihannya tinggal sombong (buat yang merasa kelasnya lebih tinggi) atau minder (buat yang tidak percaya diri).
Celakanya, dalam hal pengolahan ide kreatifpun kasusnya gak jauh beda. Dikit-dikit menjurusnya ke stereotip: kalo ide yang global itu begini, yang lokal itu begitu. Contoh jamak yang disebut elemen lokal Jogja itu biasanya batik, tugu, keraton, blangkon, bakpia dan semacamnya yang sudah mulai terasa membosankan. Tapi apakah ada satu hukum yang mewajibkan bahwa kalo bicara Jogja maka mesti menggunakan elemen-elemen itu? Semacam kita harus ikut Penataran P4 baru bisa dianggap telah mengamalkan Pancasila?
Tidak toh? Kita sendiri yang takut dianggap melanggar adat jika tidak seperti kebanyakan orang. Kita terbiasa bersikap inferior, sadar atau tidak sadar.
Padahal Thailand, Cina, India sukses mengekspor nilai lokalnya menjadi aset kreatif yang laku terjual di dunia internasional. Lihat film-film Bollywood yang di tanah kelahirannya selalu mengalahkan penonton film Hollywood. Ide humor-humor sarkastik Thailand menyapu habis award di Adfest. Cina menikmati penghargaan tertinggi lewat Crouching Tiger Hidden Dragon. Indonesia? Puas menjadi penonton keberhasilan negara-negara tetangga sambil bersyukur masih dapat ranking atas untuk kategori korupsi.
Tapi ya memang tidak semua aspek lokal bisa menarik untuk diangkat menjadi sebuah point of interest dan mampu menciptakan stopping power yang kuat. Jika kita tidak hati-hati dan hanya mengekor tradisi, maka output kreatifpun akan menjadi usang, obsolete, tidak dilirik orang. Misalnya elemen-elemen konvensional khas Jogja tadi. Lupakan semua itu dan tawarkan hal-hal baru. Paling tidak elemen lama itu di-treatment khusus: batiknya mau diapain biar unik, tugunya diambil dari angle sebelah mana biar beda, keratonnya diambil sudut sebelah mana yang tak pernah dilihat orang, blangkonnya di-trace agar lebih ngepop, dll. Peran kreativitas sangat penting untuk ‘menyulap’ hal-hal biasa menjadi berbeda dan unik.
Memahami kultur yang akan kita angkat menjadi sebuah tema dalam kampanye promosi adalah hal mutlak yang harus kita kuasai. Tanpa pemahaman yang mendalam, maka proses untuk meng-akulturasikannya dengan aspek global tidak saja bisa mengakibatkan salah persepsi tapi bahkan bisa menjadi bumerang akibat penerimaan negatif target audiens.
Tantangan terbesarnya adalah bagaimana membawa muatan lokal yang begitu unik, menarik dan bisa diterima oleh audiens yang bahkan tidak mengerti secara jelas kultur budaya yang diangkatnya dalam sebuah karya desain grafis.
Karena tidak semua kultur lokal bisa diangkat menjadi bahasa global, ada kemungkinan kultur di suatu daerah bisa bertentangan dengan daerah lain. Contoh kecil: ‘kates’ dalam bahasa Jawa berarti ‘pepaya’, tapi dalam bahasa Sunda berarti ‘pisang’.
Bahkan, yang dianggap baik di suatu komunitas, bisa dianggap sangat buruk di komunitas yang lain. Ketelanjangan di Papua dianggap biasa, tapi jangan coba diterapkan di Aceh, misalnya. Pemahaman atas dua hal ini akan banyak membantu tercapainya proses transformasi pesan yang benar-benar pas pada audiensnya, sehingga tercipta ‘iklan plus’, yang pengaruhnya melebar melewati batas-batas lokalitasnya sendiri.
Bercermin pada apa yang kami lakukan Petakumpet untuk meng-create aspek local contents dalam menghasilkan ide: pemahaman mendalam terhadap insight audiens didukung ketelitian mengamati hal-hal kecil yang unik dan menyentuh dalam keseharian adalah modal terciptanya ide-ide berbasis budaya lokal yang membumi.
Mari Main Hujan-Hujanan
Lalu apa yang mesti kita lakukan untuk membongkar mentalitas kita telah ditumbuhi lumut itu? Satu hal yang pasti: kesuksesan yang kini dinikmati oleh rekan-rekan kreatif kita dari negara-negara tetangga itu bukan bakat bawaan lahir, tidak berhubungan dengan faktor keturunan. Pandangan hidup penuh percaya diri itu adalah keahlian yang bisa diasah dan dilatih. Dengan keberanian, ketekunan dan konsistensi.
Tidak ada kesuksesan instant. Padi tidak akan menguning sebelum waktunya dan ayam tidak mungkin bertelur sebelum cukup umurnya. Pandangan pikiran juga masuk dalam hukum alam seperti itu: waktu memegang peranan sangat penting. Setiap detik dan menitnya.
Keberuntungan akan lebih sering datang pada orang yang terlatih dan telah menyiapkan dirinya. Tidak setiap orang pernah melihat bintang jatuh, tapi saya yakin jika ada yang bersedia menunggunya dengan teratur, bersedia mempelajari pola bintang jatuh dan mempunyai sebuah teleskop: dia akan menyaksikan lebih banyak bintang jatuh. Jika melihat bintang jatuh dianggap perlambang sebuah keberuntungan, maka melihatnya berkali-kali akan menjadikannya mukjizat.
Mulailah dengan menabrak kebiasaan-kebiasaan lama yang telah dianggap kebenaran yang mutlak dengan sadar dan terencana. Siapkan pemberontakan kecil-kecilan. Dan pertahankan orisinalitas keyakinan itu. Dengan konsisten. Karena pasti akan banyak orang yang dengan senang hati mengatakan padamu betapa bodohnya kamu dengan pilihan tindakan itu. Akan banyak orang yang memprediksikan kamu akan gagal, meskipun mereka sendiri belum pernah mencoba sedikitpun. Resikonya memang tidak ringan, karena imbalannya juga tidak kecil.
Saya punya koleksi beberapa ide nabrak pagar. Misalnya, pernah memikirkan untuk menikah di kuburan? Pernah merenungkan sebuah ide di atas pohon kelapa? Menulis sambil menutup mata? Berjalan normal sambil tersenyum dalam hujan lebat melewati orang yang sedang berlarian atau berteduh? Makan nasi dengan lauk buah-buahan? Minum kopi sambil – sorry – buang air besar?
Saya hanya ingin membuka ruang seluas-luasnya. Lupakan dulu tentang sopan santun dan etika. Atau aturan baku lainnya. Tabrak saja dulu. Bebaskan semua belenggu yang telah mencengkeram otak kita sejak kecil. Rasakan imajinasi yang melayang bebas seperti burung terbang mengukur tingginya langit. Rasakan segarnya udara yang memenuhi ruang tak terbatas. Rasakan kaki-kaki yang berlari melesat ke masa depan dengan gerakan yang luar biasa ringannya.
Apakah kebebasan yang Anda rasakan dalam pikiran itu membuat Anda menjadi senang, bahagia, inspired atau justru malah takut?
Mengambil Jarak
Terus, bagaimana caranya agar kita ngeh: dan mampu menangkap hal-hal unik tersebut sehingga menjadi suatu ide yang ‘layak jual.’ Maka marilah kita menjadi ‘orang asing.’ Orang asing melihat segala sesuatu di depan matanya sebagai hal-hal baru, menarik, menimbulkan ketertarikan. Mulailah mengubah pola hidup sehari-hari yang terlanjur dianggap biasa dan wajar. Memberikan muatan dan nilai-nilai baru, melihat kehidupan dari sudut pandang yang berbeda. Yang bisa membuka katup-katup ide, menciptakan hal-hal baru yang menarik, yang berbeda. Karena di situlah sebenarnya ruang-ruang kreativitas baru bisa dibangun. Di situlah ide-ide besar yang bisa mempengaruhi ratusan juta orang di seluruh dunia punya kemungkinan terbesar untuk diciptakan.
Archimedes menemukan hukum tentang massa jenis di sebuah bak mandi, bukan di ruang kuliah atau laboratorium. Ia lari telanjang sambil berteriak,”Eureka!” Orang-orang yang melihatnya menganggap dia gila, tapi saat ini sekolah-sekolah ‘untuk orang waras’ di seluruh dunia dengan sadar menggunakan rumus penemuannya. Van Gogh potong kuping, setelah dia meninggal karyanya malah jadi masterpiece dan dibeli orang dengan harga paling mahal. Isaac Newton mendapatkan teori gravitasinya ‘hanya’ dengan mengamati jatuhnya buah apel. IDEO, sebuah perusahaan desain paling inovatif di Amerika mendapatkan ide-ide besarnya bukan dari lapangan bermainnya sendiri melainkan dari tempat pembuangan sampah, toko mainan, supermarket dan taman kanak-kanak.
Ide bisa berasal dari mana saja. Asal kita jeli mengamatinya, dan tidak sekedar mengambil ide itu mentah belaka. Mengutip Steve Jobs, kita harus membentuk kembali ide-ide dasar dari realitas alam itu dengan pemikiran dan kreativitas kita. Dengan itu kita menandai sejarah, tidak sekedar larut di dalamnya.
Dengan mengambil jarak dari rutinitas sehari-hari, kita bisa mencerna substansi dari hiruk pikuk kegiatan yang kita lakukan tanpa henti. Makan, minum, tidur, berangkat ke kantor, ngejar bis kota, terjebak macet dan seterusnya. Dengan menarik nafas panjang dan merenungkannya, kita bisa membedakan antara pekerjaan yang penting dan pekerjaan yang mendesak. Yang substansial dan aksesoris. Dengan jeda dan istirahat, otak kita akan terasah lagi kemampuannya dan tidak cepat aus karena terforsir setiap saat.
Melihat Potensi, Tidak Sekedar Realitas
Tuhan menganugerahi kita sepasang mata yang indah, untuk mengeja obyek-obyek dalam jangkauan pandangan kita. Jika kita bisa memaksimalkan fungsi ini, kita akan mendapatkan banyak sekali pelajaran dan keindahan. Mata adalah elemen terpenting estetika, dengannya kita bisa menikmati seribu warna yang menghias alam semesta.
Tapi ada baiknya jika kita tidak menggantungkan sepenuhnya penilaian atas pandangan mata yang bersifat fisik ini. Karena pandangan visual ini bukan satu-satunya. Lagipula kemampuannyapun – karena sifatnya yang physical – menjadi terbatas. Mata hanya mampu melihat realitas: menyerap kenyataan seperti adanya.
Ada sebuah pandangan yang bisa menjangkau lebih jauh, yang bahkan melampaui ruang dan waktu. Para psikolog menyebutnya pandangan pikiran. Pandangan ini bersifat spiritual dan hanya melihat potensi (Dr. David J. Schwartz, The Magic of Thinking Success) Pandangan ini adalah modal terbesar bagi seseorang untuk memiliki sebuah visi yang jelas di masa depan. Adalah kemampuan melihat tidak saja dalam ruang yang berbeda, tapi juga waktunya. Seorang visioner mampu melihat 5 atau 10 tahun ke depan, membayangkan kondisi ideal sampai detailnya dan membuat rencana-rencana sistematis untuk mewujudkannya. Seorang visioner adalah kreator yang antisipatif, bukan seorang follower yang reaktif.
Sampah yang menggunung, antrian di bank, penumpang yang penuh sesak di bis kota adalah teks bebas yang bisa diapresiasi secara berbeda atau bahkan bertolak belakang oleh seorang normal dengan pandangan visual belaka dan seorang visioner dengan pandangan pikiran.
Yang pertama akan melihatnya biasa saja. Tidak ada sedikitpun yang membekas di pikirannya. Yang kedua akan melihatnya sebagai peluang dan kesempatan. Dalam pandangan seorang visioner, setumpuk sampah bisa menjadi berton-ton pupuk atau karya seni instalasi. Antrian di bank bisa dimanfaatkan untuk membaca buku atau mengamati perilaku orang. Penumpang sesak bisa jadi ide iklan minuman ringan atau minyak wangi.
Peluang-peluang emas seperti ini tidak terlihat oleh mata biasa, lalu lenyap dan berganti pandangan lain. Seperti Jaelangkung: datangnya tanpa peringatan, perginyapun tanpa kesan.
Apa yang Salah Dengan Ide Kelas Lokal?
Hidup kita telah dikendalikan oleh gengsi, dalam segala bentuknya. Termasuk persetujuan implisit kita tentang kasta-kasta: ini perusahaan Jakarta, itu perusahaan daerah. Perusahaan multinasional, perusahaan nasional, perusahaan lokal. Mentalitas bangsa terjajah telah membuat kita sulit bersikap egaliter, pilihannya tinggal sombong (buat yang merasa kelasnya lebih tinggi) atau minder (buat yang tidak percaya diri).
Celakanya, dalam hal pengolahan ide kreatifpun kasusnya gak jauh beda. Dikit-dikit menjurusnya ke stereotip: kalo ide yang global itu begini, yang lokal itu begitu. Contoh jamak yang disebut elemen lokal Jogja itu biasanya batik, tugu, keraton, blangkon, bakpia dan semacamnya yang sudah mulai terasa membosankan. Tapi apakah ada satu hukum yang mewajibkan bahwa kalo bicara Jogja maka mesti menggunakan elemen-elemen itu? Semacam kita harus ikut Penataran P4 baru bisa dianggap telah mengamalkan Pancasila?
Tidak toh? Kita sendiri yang takut dianggap melanggar adat jika tidak seperti kebanyakan orang. Kita terbiasa bersikap inferior, sadar atau tidak sadar.
Padahal Thailand, Cina, India sukses mengekspor nilai lokalnya menjadi aset kreatif yang laku terjual di dunia internasional. Lihat film-film Bollywood yang di tanah kelahirannya selalu mengalahkan penonton film Hollywood. Ide humor-humor sarkastik Thailand menyapu habis award di Adfest. Cina menikmati penghargaan tertinggi lewat Crouching Tiger Hidden Dragon. Indonesia? Puas menjadi penonton keberhasilan negara-negara tetangga sambil bersyukur masih dapat ranking atas untuk kategori korupsi.
Tapi ya memang tidak semua aspek lokal bisa menarik untuk diangkat menjadi sebuah point of interest dan mampu menciptakan stopping power yang kuat. Jika kita tidak hati-hati dan hanya mengekor tradisi, maka output kreatifpun akan menjadi usang, obsolete, tidak dilirik orang. Misalnya elemen-elemen konvensional khas Jogja tadi. Lupakan semua itu dan tawarkan hal-hal baru. Paling tidak elemen lama itu di-treatment khusus: batiknya mau diapain biar unik, tugunya diambil dari angle sebelah mana biar beda, keratonnya diambil sudut sebelah mana yang tak pernah dilihat orang, blangkonnya di-trace agar lebih ngepop, dll. Peran kreativitas sangat penting untuk ‘menyulap’ hal-hal biasa menjadi berbeda dan unik.
Memahami kultur yang akan kita angkat menjadi sebuah tema dalam kampanye promosi adalah hal mutlak yang harus kita kuasai. Tanpa pemahaman yang mendalam, maka proses untuk meng-akulturasikannya dengan aspek global tidak saja bisa mengakibatkan salah persepsi tapi bahkan bisa menjadi bumerang akibat penerimaan negatif target audiens.
Tantangan terbesarnya adalah bagaimana membawa muatan lokal yang begitu unik, menarik dan bisa diterima oleh audiens yang bahkan tidak mengerti secara jelas kultur budaya yang diangkatnya dalam sebuah karya desain grafis.
Karena tidak semua kultur lokal bisa diangkat menjadi bahasa global, ada kemungkinan kultur di suatu daerah bisa bertentangan dengan daerah lain. Contoh kecil: ‘kates’ dalam bahasa Jawa berarti ‘pepaya’, tapi dalam bahasa Sunda berarti ‘pisang’.
Bahkan, yang dianggap baik di suatu komunitas, bisa dianggap sangat buruk di komunitas yang lain. Ketelanjangan di Papua dianggap biasa, tapi jangan coba diterapkan di Aceh, misalnya. Pemahaman atas dua hal ini akan banyak membantu tercapainya proses transformasi pesan yang benar-benar pas pada audiensnya, sehingga tercipta ‘iklan plus’, yang pengaruhnya melebar melewati batas-batas lokalitasnya sendiri.
Bercermin pada apa yang kami lakukan Petakumpet untuk meng-create aspek local contents dalam menghasilkan ide: pemahaman mendalam terhadap insight audiens didukung ketelitian mengamati hal-hal kecil yang unik dan menyentuh dalam keseharian adalah modal terciptanya ide-ide berbasis budaya lokal yang membumi.
Mari Main Hujan-Hujanan
Lalu apa yang mesti kita lakukan untuk membongkar mentalitas kita telah ditumbuhi lumut itu? Satu hal yang pasti: kesuksesan yang kini dinikmati oleh rekan-rekan kreatif kita dari negara-negara tetangga itu bukan bakat bawaan lahir, tidak berhubungan dengan faktor keturunan. Pandangan hidup penuh percaya diri itu adalah keahlian yang bisa diasah dan dilatih. Dengan keberanian, ketekunan dan konsistensi.
Tidak ada kesuksesan instant. Padi tidak akan menguning sebelum waktunya dan ayam tidak mungkin bertelur sebelum cukup umurnya. Pandangan pikiran juga masuk dalam hukum alam seperti itu: waktu memegang peranan sangat penting. Setiap detik dan menitnya.
Keberuntungan akan lebih sering datang pada orang yang terlatih dan telah menyiapkan dirinya. Tidak setiap orang pernah melihat bintang jatuh, tapi saya yakin jika ada yang bersedia menunggunya dengan teratur, bersedia mempelajari pola bintang jatuh dan mempunyai sebuah teleskop: dia akan menyaksikan lebih banyak bintang jatuh. Jika melihat bintang jatuh dianggap perlambang sebuah keberuntungan, maka melihatnya berkali-kali akan menjadikannya mukjizat.
Mulailah dengan menabrak kebiasaan-kebiasaan lama yang telah dianggap kebenaran yang mutlak dengan sadar dan terencana. Siapkan pemberontakan kecil-kecilan. Dan pertahankan orisinalitas keyakinan itu. Dengan konsisten. Karena pasti akan banyak orang yang dengan senang hati mengatakan padamu betapa bodohnya kamu dengan pilihan tindakan itu. Akan banyak orang yang memprediksikan kamu akan gagal, meskipun mereka sendiri belum pernah mencoba sedikitpun. Resikonya memang tidak ringan, karena imbalannya juga tidak kecil.
Saya punya koleksi beberapa ide nabrak pagar. Misalnya, pernah memikirkan untuk menikah di kuburan? Pernah merenungkan sebuah ide di atas pohon kelapa? Menulis sambil menutup mata? Berjalan normal sambil tersenyum dalam hujan lebat melewati orang yang sedang berlarian atau berteduh? Makan nasi dengan lauk buah-buahan? Minum kopi sambil – sorry – buang air besar?
Saya hanya ingin membuka ruang seluas-luasnya. Lupakan dulu tentang sopan santun dan etika. Atau aturan baku lainnya. Tabrak saja dulu. Bebaskan semua belenggu yang telah mencengkeram otak kita sejak kecil. Rasakan imajinasi yang melayang bebas seperti burung terbang mengukur tingginya langit. Rasakan segarnya udara yang memenuhi ruang tak terbatas. Rasakan kaki-kaki yang berlari melesat ke masa depan dengan gerakan yang luar biasa ringannya.
Apakah kebebasan yang Anda rasakan dalam pikiran itu membuat Anda menjadi senang, bahagia, inspired atau justru malah takut?
Merasa Ragu? Good!
Meninggalkan kebiasaan lama memang tidak mudah. Selalu ada keraguan ketika memutuskan untuk berubah: keluar dari zona kenyamanan yang biasa kita nikmati setiap hari dan menuju wilayah baru yang asing dan tak terpetakan. Ini adalah sebuah gejala yang wajar, sewajar adik bayi yang demam ketika mendapat suntikan vaksin. Jika keraguan atau ketakutan mulai menyerang, maka tersenyumlah. Keraguan akan mematangkan pertimbangan kita sebagai salah satu mekanisme internal control. Setelah itu, tutuplah semua pintu yang bisa membuatmu menoleh ke belakang. Bakar semua perahu penyelamatmu seperti Jabal Tariq. Sehingga satu-satunya jalan yang tersisa buatmu hanyalah ke depan. Dan teruslah melangkah.
Se-simple itu. Meskipun tentu saja tidak semudah ketika menuliskannya. Landskap masa depan ditentukan oleh sekelompok minoritas yang ide-ide besarnya semula dianggap asing, tidak wajar bahkan gila. Mereka yang terus maju ke depan karena keyakinan yang kuat, ketika orang-orang di sekitarnya tertawa mencemoohkan. Orang-orang langka seperti ini akan menjadi gelombang yang tidak terhentikan. Yang tidak saja akan menghempaskan milyaran buih ke pantai, tapi juga meruntuhkan karang-karang yang terjal.
Seorang bijak pernah berkata, resiko terbesar dalam hidup adalah tidak pernah berani mengambil resiko. Dan keteguhan atas sebuah visi di masa depan – kata Goethe – menyimpan kekuatan, kejeniusan dan keajaibannya sendiri. Keberuntungan akan datang bahkan tanpa pernah disangka-sangka. Sejarah banyak mencatat kebenaran kata-kata sederhana ini, jika kita mau belajar darinya.
Dan kembali ke topik awal yang judulnya sok barat itu, saya tidak menawarkan banyak hal lewat tulisan ini. Saya percaya bahwa ide-ide lokal sangat punya potensi kekuatan, justru karena kelokalannya. Ide kreatif yang berangkat dari lokalitas itu jumlahnya tak terbatas, dan jika diolah maksimal akan menjelma jadi masterpiece berkelas internasional.
Wednesday, October 24, 2007
Tuesday, October 23, 2007
Sambutan SBY di Pembukaan Tradexpo 2007
Pada kesempatan yang baik yang Insya Allah penuh berkah ini, saya mengajak hadirin sekalian untuk sekali lagi memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena kepada kita semua masih diberi kesempatan kekuatan dan kesehatan untuk melanjutkan karya, pengabdian dan tugas kita kepada masyarakat, bangsa dan negara, bahkan bagi kepentingan umat manusia sedunia. Masih dalam suasana lebaran tahun ini, pada kesempatan yang baik ini pula, saya atas nama pemerintah dan keluarga mengucapkan selamat Idul Fitri 1 Syawal 1428 Hijriah, Minal Aidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin.
Saya mengucapkan terima kasih dan selamat datang kepada semua peserta Trade Expo Indonesia tahun 2007 ini, baik peserta atau participants maupun pengunjung yang insya Allah akan menyemarakkan berlangsungnya Trade Expo pada tahun ini, yang mudah-mudahan akan meningkatkan transaksi jual-beli baik yang seketika maupun yang kemudian dilaksanakan demi menumbuhkan ekonomi nasional, dan demi mengokohkan ekonomi nasional, dan demi mengokohkan kerja sama ekonomi Indonesia dengan negara-negara sahabat.
Tema Trade Expo Indonesia tahun 2007 ini, sebagaimana Menteri Perdagangan sampaikan tadi “Serving Global Market ” saya kira tepat dan mari kita lakukan betul pekerjaan ini Serving The Global Market, dalam kompetisi yang makin keras, pada tingkat global agar kita menang, tidak perlu kita selalu menyalahkan pihak lain, menyalahkan dunia, mari kita bangun diri kita sendiri untuk makin berdaya saing. Produk Indonesia harus makin bermutu dan unggul, itu bisa kita lakukan, kita harus pandai dan cerdas mempromosikan dan memasarkan produk-produk itu dengan jasa yang kredibel, kalau kita ingin memenangkan persaingan dalam pasar dunia not only produknya itu bermutu dan berdaya saing tetapi ketepatan waktu delivery nya. Kemudian pelayanan pasca jual, jumlah yang tepat sesuai dengan kontrak jual-beli dan jasa-jasa yang lain, yang akhirnya utuh juga yang akhirnya yang goal dengan jasa yang menyertainya, dengan demikian sekali lagi pelanggan kita, konsumen kita di berbagai forum dalam dan luar negeri akan makin bertambah besar.
Ekspor sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi (economic growth), kita ketahui bersama disumbang oleh konsumsi baik masyarakat maupun pemerintah. Kita kenal juga disumbang pula oleh government expenditure, government spending, berapa yang kita belanjakan untuk menyumbang ekonomi, dan dua penyumbang lainnya. Kontributor lainnya yang menjadi tema besar hari ini adalah investasi ekspor, artinya kalau konsumsi kita kembalikan sebelum sebagaimana keadaan sebelum krisis dulu dan alhamdulillah sudah makin mendekati kondisi yang kita harapkan, pengeluaran pemerintah kita salurkan lebih tepat lebih efektif, dan kemudian investasi meningkat, ekspor meningkat, pastilah ekonomi kita akan tumbuh, dan pertumbuhan itu sangat penting untuk mengurangi pengangguran, dengan kebijakan yang tepat sangat penting untuk mengurangi kemiskinan, menunjang pemerataan, dan keadilan pembangunan di seluruh Indonesia. Itu tidak dapat kita pisah-pisahkan. Kinerja ekspor kita 5 tahun terakhir menggembirakan, meningkat dengan rata-rata peningkatan 15,9%. Tahun lalu 2006, volume ekspor kita menembus angka 100 US milyar dollar dengan tingkat pertumbuhan 17,7%. Ini momentum yang baik yang harus kita lanjutkan terus, meningkatkan pertumbuhan ekspor kita beserta peningkatan komponen-komponen pertumbuhan ekonomi nasional yang lain.
Tetapi saudara-saudara, itupun patut kita syukuri pertumbuhan ekspor itu dan insya Allah pertumbuhan ekonomi kita secara utuh juga bisa menembus kembali 6% dan mudah-mudahan bisa berkembang. Tetapi saya ingatkan potensi kita masih besar, masih banyak potensi yang belum kita dayagunakan secara optimal, dengan kerja keras, dengan kreatifitas dan inovasi yang tinggi, dengan kebersamaan antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat luas, saya yakin akan bisa lebih tinggi lagi pertumbuhan tahun-tahun yang akan datang, karena kita memiliki potensi yang lebih besar dari apa yang lebih besar dari sekarang ini.
Tentunya kalau kita bicara potensi termasuk ekonomi kreatif, termasuk ekonomi produk budaya, termasuk ekonomi warisan atau heritage economic, dan termasuk ekonomi kepariwisataan kita unggul, kita kaya, kita besar dalam hal-hal seperti itu. Mari kita dayagunakan untuk betul-betul meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Saudara-saudara, minggu-minggu terakhir ini kita mengikuti dinamika dan perkembangan perekonomian global. Pengamat dalam dan luar negeri, tayangan televisi dan berbagai media massa menyebut-nyebut kemungkinan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia, yang semula diperkirakan 5,2% bisa lebih rendah dan hanya 4,8%. Bisa jadi ada semacam slow down dari global economy, bisa jadi ada overlapping di beberapa tempat. Ini antara lain dipicu oleh turbulence atau gejolak keuangan global dan juga meningkatnya harga minyak dunia, yang beberapa hari yang lalu menurut Nemex dan Grand itu tembus 90 dollar per barrel, meskipun ICCI kita lebih rendah dibandingkan itu. Ini memberikan alarm, memberikan peringatan, sebuah lampu kuning bagi seluruh negara di dunia, not only in Indonesia.
Bahwa melihat semuanya itu kita harus melakukan langkah-langkah antisipasi, kita harus melakukan pengelolaan yang jitu, kita tidak boleh terdadak, dan dengan solusi yang tepat, dengan kebijakan yang tepat kita berharap apapun gejolak ekonomi global itu tidak akan sangat menganggu perkembangan ekonomi nasional kita yang sedang kita galakan.
Saudara-saudara, tentu saja dengan kemungkinan penurunan global economy itu akan berpengaruh kepada growth, global growth dan growth dari masing-masing negara. Bisa saja berpengaruh kepada inflasi karena berkaitan dengan supply and demand secara global maupun nasional, bisa saja investasi akan semakin ketat karena hanya tempat-tempat yang memiliki keuntungan yang baik, yang refernya itu baik, investasi bisa berlangsung. Bisa jadi ekspor juga bukti kompetisi karena pasarnya tidak terbuka lebar, ada pembatasan konsumsi, kita tantang untuk tidak terlalu terganggu oleh gejolak itu. Neraca pembayaran bisa saja berpengaruh, kemudian APBN khusus Indonesia, kita punya komponen subsidi dan lain-lain, bisa saja ada pengaruhnya.
Terhadap itu semua melalui forum terhormat ini saya sampaikan kepada seluruh rakyat Indonesia, pemerintah bersama dengan lembaga-lembaga yang lain telah melakukan antisipasi, kami terus mengelola semuanya itu dengan harapan, dengan opsi yang kita pilih, dengan solusi yang kita tempuh, dengan kebijakan yang kita kembangkan nantinya, gejolak ini tidak akan sangat menganggu. Barangkali ada pengaruh-pengaruhnya untuk pengembangkan ekonomi kita yang sedang kita laksanakan dewasa ini,. Insya Allah dengan semuanya itu dampak semuanya itu dapat kita atasi, dapat kita kelola, sehingga saya berharap masyarakat tetap tenang, dunia usaha teruslah menjalankan usahanya dengan baik, dengan gigih untuk kepentingan kita bersama.
Justru dalam keadaan seperti ini, maka langkah bersama kita sangat-sangat menentukan, langkah bersama yang saya maksud pemerintah pusat bekerja keras, pemerintah daerah di seluruh Indonesia juga bekerja dengan sungguh-sungguh, dunia usaha mari kita bergandengan tangan mengatasi masalah apapun yang muncul dari keadaan dunia untuk kepentingan kita dan masyarakat luas, yang juga tidak boleh kita tinggalkan untuk bersama-sama mengelola permasalahan ini. Dari itu semua, yang mesti kita lakukan adalah ekspor kita sekali lagi harus bisa bersaing, dan ini bukan hanya pekerjaan Menteri perdagangan, bukan hanya pekerjaan semua yang bergerak di bidang promosi dan pemasaran, pekerjaan kita semua. Makin kompetitif produk kita, makin bermutu produk kita, makin harganya bisa bersaing produk kita, maka akan makin luas penetrasi pasar kita di negara manapun juga. Iklim investasi harus terus menerus kita perbaiki agar tidak menganggu pengembangan penanaman modal, baik dalam maupun luar negeri. APBN, APBD, di sini hadir pimpinan DPR-RI, kita telah melakukan langkah-langkah yang serius untuk menata APBN ini tepat, optimal, tidak boros, tetapi memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, termasuk utamanya pendidikan, kesehatan, pengurangan kemiskinan, pengangguran, infrastruktur lingkungan, dan lain-lain.
Ketahanan pangan harus kita perkokoh karena bagaimanapun terhadap basic human needs termasuk pangan dan energi harus kita kelola dengan sebaik-baiknya, satu-satunya kita tingkatkan produktifitas, kita tingkatkan ketahanan pangan secara nasional. Energi, kita tahu seperti itu pergerakan harga minyak meroket, oleh karena itu saya mengulangi seruan saya, ajakan saya semua, seluruh rakyat Indonesia untuk betul-betul hidup lebih hemat dalam penggunaan energi. Hemat energi adalah nilai, perilaku, budaya, yang harus kita mantapkan, kemudian diversifikasi energi jangan tergantung pada fossil based energy, dan kita bisa, kita mampu karena Indonesia memiliki sumber-sumber energi terbarukan dan sumber-sumber non-fosil yang lain. Resepnya, akhirnya dalam dunia yang terus bergejolak adalah mari kita perkuat daya saing kita, mari kita tata keadaan dalam negeri kita sebaik-baiknya, hanya dua itu resepnya yang harus kita tempuh.
Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan pesan khusus kepada Departemen Perdagangan, Departemen Hukum dan HAM, kalangan dunia usaha termasuk KADIN, agar betul-betul kita melakukan yang kita sebut dengan granding produk Indonesia. Hak intellectual property right harus kita kembangkan, kita lindungi, kita harus masuk ke suatu era, memberikan sesuatu yang adil kepada yang punya hak, mari kita masuk pada era itu, dengan demikian terjadi keadilan bagi siapapun sebagai dalam dunia ekonomi maupun non-ekonomi. Dalam persaingan dunia yang keras, kadang-kadang ada yang melanggar etika, menyangkut intellectual property rights ini, oleh karena itu kita jangan lalai, kita harus perduli kalau memang produk kita, karya kita, ya kita pastikan kita memiliki hati, kita memiliki IPR, daripada diakui oleh pihak-pihak lain.
Mari kita kembalikan pada diri kita sendiri untuk peduli dan melakukan hal-hal yang semestinya, dan lebih-lebih saya ingatkan ekonomi kreatif itu akan menjadi ekonomi unggulan gelombang keempat nanti pada dunia abad 21 ini. Oleh karena itu, sejak awal marilah kita perduli pada IPR untuk ekonomi kreatif kita, untuk handicraft kita, untuk cover based economy kita, untuk heritage economy kita, dengan demikian kita mendapatkan keadilan dalam hubungan ekonomi dunia sekarang ini.
Marilah kita perbaiki iklim investasi dan iklim usaha di Indonesia, sekali lagi saya ingatkan kepada semua pengelola baik pejabat pemerintah maupun pejabat negara permudah setiap urusan. Kalau urusan dipersulit itulah hambatan pertumbuhan ekonomi, itulah hambatan peningkatan kesejahteraan rakyat, dosanya besar! Oleh karena itu, permudah setiap urusan, mari kita pelihara keamanan, stabilitas sosial, dan stabilitas politik. Boleh dalam era globalisasi kebebasan hak asasi manusia, kita mengekspresikan stabilitas sosial dan stabilitas politik, pulih dalam era demokrasi, kebebasan, hak asasi manusia, kita mengekspresikan semuanya itu, tetapi tetaplah dalam suasana yang stabil, yang tidak mengguncangkan keadaan nasional kita, sehingga menganggu pembangunan yang kita lakukan. Kita pertegakan hukum yang adil termasuk langkah-langkah pemberantasan korupsi, tidak bisa ditawar-tawar, kita kembangkan kebijakan ekonomi yang tepat termasuk kepabean, termasuk perpajakan kalau perlu diberikan insentif pajak, ya kita berikan, tetapi kalau harus membayar pajak, bayarlah pajak dengan benar menjadi adil.
Kita pelihara suasana perburuhan, suasana ketenagakerjaan yang baik, buruh, karyawan, tenaga kerja meski kita lindungi hak-haknya, kita perhatikan kesejahteraannya tetapi setelah itu semua tenaga kerja kita harus disiplin, harus produktif, dengan kemajuan ekonomi terus tumbuh, usaha tumbuh, dan kesejahteraan mereka pun makin meningkat. Dan yang terakhir, kita sukseskan program pengurangan kemiskinan yang sedang digalakkan oleh pemerintah, jangan ada gangguan-gangguan, jangan ada hambatan-hambatan. Kita ingin betul di tengah-tengah menumbuhkan ekonomi, memeratakan hasil pembangunan, menciptakan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kepada para penerima penghargaan Primanyarta, saya ucapkan selamat! Teruslah berprestasi, teruslah memberi contoh dan saya berharap yang lain juga bisa menerima penghargaan yang sama.
Kepada jajaran Departemen Perdagangan, Departemen terkait, hakim, dan semua pihak yang terus berjuang untuk meningkatkan ekspor, melaksanakan promosi dan pemasaran ini, saya ucapkan terima kasih atas penghargaan, teruslah berjuang. Kemayoran Expo ini makin cantik, makin indah, dan makin apa namanya, bertaraf internasional. Mari terus kita kembangkan tempat ini dan akhirnya saya ucapkan selamat berpameran, kunjungilah pameran ini sebaik-baiknya. Juga kepada saudara-saudara kami, partner kami dari manca negara, jangan ragu-ragu membeli produk Indonesia. Produk Indonesia tidak kalah mutunya, harganya bersaing kemudian bagi yang merupakan economic creative indah dan tinggi nilai seninya saya salah satu penjaminnya untuk produk-produk Indonesia.
Akhirnya dengan mengucapkan Bismillaahirrahmaanirrahiim, sambil memohon ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Trade Expo Indonesia yang ke-22 tahun 2007 ini dengan resmi saya nyatakan dibuka. Sekian.
SBY di TradeXpo
Orang-orang berkerumun mengagumi kreativitas anak bangsa atau menikmati senyum SBY? Hanya Ibu Ani yang tahu...
Siapa yang cuek: SBY atau sebelahnya...
Bukti riil bahwa creative industry telah menjadi rencana startegis pemerintah ke depan adalah hadirnya SBY dan rombongan (entah kenapa mesti sama rombongnya) pada pembukaan TradeXpo hari ini. SBY pun mampir di Pavilliun Icon tempat para begundal kreatif memamerkan artwork-nya. Emang sih tak seberapa lama, tapi yang penting jeprat jepret ada fotonya trus dimuat di media massa: buat para imagemaker atau newsmaker, satu atau dua detik cukuplah sebagai sumber berita.
Thanks SBY, maybe next time you can stay longer. Nanti kita bisa makan kerak telor barengan di pinggir jalan depan JIEXPO. Tapi tolong kita ditraktir yach :)
Thursday, October 18, 2007
Tunggu Kami di Jakarta
Para Peserta Pameran Industri Jasa Kreatif
Anjungan Produk Utama (APU) - Trade Expo Indonesia 2007
Pekan Raya Jakarta (PRJ), 23-27 Oktober 2007
1. Urbane Indonesia (Ridwan Kamil) – Bandung
2. Eko Prawoto Arsitek
3. TonTon Arsitek
4. Denny Gondo Arsitek
5. Jeffrey Budiman Arsitek
6. Alvin T – Jakarta
7. Piranti Works – Temanggung
8. Tritek – Jakarta
9. Inkara Design – Jakarta
10. Dagadu – Yogyakarta
11. Tim Instalasi Seni Rupa Hedi Hariyanto – Yogyakarta
12. Admire Ciptavisi – Jakarta
13. MakkiMakki Branding Consultant – Jakarta
14. Petakumpet Advertising – Yogyakarta
15. BubuChika – Jakarta
16. Netpolitan – Tangerang
17. Stratego Corp. – Jakarta
18. Matahari Studio – Tangerang
19. A - Box – Jakarta
20. Hello:motion – Jakarta
21. Castle Production – Jakarta
22. CAM Solution – Jakarta
23. ChrisComic – Jakarta
24. Jerry Aurum – Jakarta
25. Red & White Publication – Jakarta
26. Concept Magazine – Jakarta
27. Digital Studio College – Jakarta
28. Desain Komunikasi Visual – Universitas Bina Nusantara – Jakarta
29. Wijaya Karya (WIKA) – Jakarta
Anjungan Produk Utama (APU) - Trade Expo Indonesia 2007
Pekan Raya Jakarta (PRJ), 23-27 Oktober 2007
1. Urbane Indonesia (Ridwan Kamil) – Bandung
2. Eko Prawoto Arsitek
3. TonTon Arsitek
4. Denny Gondo Arsitek
5. Jeffrey Budiman Arsitek
6. Alvin T – Jakarta
7. Piranti Works – Temanggung
8. Tritek – Jakarta
9. Inkara Design – Jakarta
10. Dagadu – Yogyakarta
11. Tim Instalasi Seni Rupa Hedi Hariyanto – Yogyakarta
12. Admire Ciptavisi – Jakarta
13. MakkiMakki Branding Consultant – Jakarta
14. Petakumpet Advertising – Yogyakarta
15. BubuChika – Jakarta
16. Netpolitan – Tangerang
17. Stratego Corp. – Jakarta
18. Matahari Studio – Tangerang
19. A - Box – Jakarta
20. Hello:motion – Jakarta
21. Castle Production – Jakarta
22. CAM Solution – Jakarta
23. ChrisComic – Jakarta
24. Jerry Aurum – Jakarta
25. Red & White Publication – Jakarta
26. Concept Magazine – Jakarta
27. Digital Studio College – Jakarta
28. Desain Komunikasi Visual – Universitas Bina Nusantara – Jakarta
29. Wijaya Karya (WIKA) – Jakarta
Name Card: Free
Biasanya kan mesti dicetak dulu to, lalu di-laminating doff, baru dibagikan buat disimpan di dompet atau name card folder. Tapi karena jamannya dah kayak gini, boleh dong kartu namanya jpeg begini. Oya, kartu nama ini dipasang karena kantor kami baru saja pindah: biar nanti gak pada nyasar. Ayo silakan diambil, sebanyak-banyaknya, gak usah rebutan, gak bakal habis kok. Kalo mau versi hardcopy-nya kan tinggal di-print: jadi deh. He he he...
Wednesday, October 10, 2007
Logo Bale Hinggil
Bentuk
Mengambil dari makna kata Hinggil yang berarti tinggi, merupakan perpaduan kekokohan dan kemegahan. Simbol itu direpresentasikan dengan perpaduan bentuk garis vertikal dan rounded archs yang secara psikologis memberi kesan ketinggian dan keagungan. Selain itu, perpaduan kedua elemen itu membentuk identitas Hinggil berupa huruf “H”
Mengambil dari makna kata Hinggil yang berarti tinggi, merupakan perpaduan kekokohan dan kemegahan. Simbol itu direpresentasikan dengan perpaduan bentuk garis vertikal dan rounded archs yang secara psikologis memberi kesan ketinggian dan keagungan. Selain itu, perpaduan kedua elemen itu membentuk identitas Hinggil berupa huruf “H”
Warna
Untuk memberikan eksklusifitas dan kesan premium, maka warna yang digunakan adalah warna gold yang secara psikologis membawa makna keagungan dan inspirasi tertinggi.
Tipografi
Menggunakan font ImplicitCapsSSi dari jenis huruf Roman, suatu jenis huruf yang memiliki ciri kaki/sirip/serif yang berbentuk lancip pada ujungnya. Kesan yang ditimbulkan adalah klasik dan anggun. Sedang untuk memberi perpaduan yang modern, maka font yang digunakan pada tulisan RESIDENCE adalah Myriad Pro dari jenis huruf San Serif, suatu jenis huruf yang tidak memiliki sirip pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama.
Monday, October 01, 2007
Subscribe to:
Posts (Atom)