Thursday, July 19, 2007

Iklan Seharusnya Mencerahkan Masyarakat

Air wudhu masih basah di rambutnya, setelah ia sholat ashar. Sore itu dia tampak kelelahan. Secangkir kopi di tangannya tentu sangat membantu membuatnya segar kembali. Dalam keramaian kantor mulailah ia bercerita tentang biro iklan yang dulunya lahir dari sebuah kos-kosan itu.

Namanya M. Arief Budiman. Ia telah menyelesaikan kuliahnya di jurusan Desain Komunikasi Visual (Diskomvis) Institut Seni Indonesia (ISI) sejak 1999 dan dikutuk cumlaude karena terpaksa belajar keras mengingat kesulitan ekonomi yang melandanya. Sebelum lulus dari bangku kuliah yang menentukan masa depannya ini, Arief sempat merasakan menjadi mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) selama satu tahun. Tapi, karena ia selalu tertarik dengan dunia desain grafis, tak ayal UGM ditinggalkannya dan masuklah ia ke jurusan yang dapat menampung ide-ide kreatifnya dengan lebih maksimal.

Berawal dari Kos-kosan

Sudah tradisi, mahasiswa menamai angkatan mereka. Angkatan Arief sepakat diberi nama Petakumpet. Ide itu datang begitu saja, tanpa ingin bermuluk-muluk dalam visi maupun misi. Nama itu pula yang akhirnya abadi menjadi nama sebuah biro iklan hingga sekarang. Tim pembuat publikasi ini terbentuk 1 mei 1995 di sebuah kos-kosan di bilangan Pekuncen, Sorowajan, Yogyakarta.

Dalam usia masih sangat muda, Petakumpet terkenal di penjuru kampus ISI Yogyakarta. Ada saja yang memesan publikasi pada Petakumpet. Entah background panggung, pamflet, spanduk, dll. Karena karyanya yang berkarakter dan cocok dengan banyak hati pemesannya, Petakumpet menjadi incaran mahasiswa lain yang punya hajatan ngunduh acara, seperti pagelaran tari mahasiswa tari, pagelaran teater, dll. Omset awal yang diterima sudah lumayan, tidak kurang dari 3-7 juta per bulannya.

Empat tahun berlalu, omset semakin bertambah. Hanya saja, anggota awal yang berjumlah 25 orang itu, pergi satu per satu karena berbagai alasan seperti telah bekerja di tempat lain, pulang ke kampung halaman, dan berbagai alasan lain. Bersama anggota yang lebih sedikit, Petakumpet dibangun kembali. Lima orang, diantaranya Arief Budiman yang kini menjadi Managing Director, Radetyo Sindhu Utomo yang kini menjadi President Director, dkk. kemudian patungan untuk membangun Petakumpet dan mulai serius menangani bisnis iklan. Modalnya cukup dengan 2 komputer 386 DX, satu scanner, satu printer dan satu kompresor mereka dapat menjaring omset yang lumayan besar. Hingga saat ini, omset bertambah hingga 500-700 juta per bulannya.

Penghargaan Hanya Bonus

Publikasi yang dihasilkan dengan sendirinya turut menyebarluaskan brand Petakumpet. Semakin luas dan semakin banyak iklan ditangani, hingga tidak hanya dalam kota saja yang membutuhkan jasa kreatif Petakumpet. Sejumlah perusahaan besar seperti PT. Lokaniaga Adi Permata dengan brand Djarum Super, LA Lights, Djarum 76, Djarum Coklat, Djarum Black, Inspiro, Senior, dll. Juga Ambarrukmo Plaza, PT. Formula Land, Kedaulatan Rakyat, MM UGM Yogyakarta, Goedang Musik Yogyakarta, Skuadron Udara 2 AURI Jakarta, CV. Magetan Putra Yogyakarta, Computa, PT. Sutanto Arifchandra Purwokerto (Kabel Kitani), Dynasti Group Purwokerto, mempercayakan iklannya pada Petakumpet.

Tentu Arief tidak mengira Petakumpet akan sebesar ini, tapi pastilah ia mempunyai harapan menjadi lebih besar lagi. “Saya ingin periklanan bisa memimpin keseluruhan industri untuk membawa dunia ini menjadi tempat hidup yang lebih baik.” Laki-laki yang bermimpi membangun The Most Admired Company in the world dan dimuat di Majalah Fortune ini tertarik pada bisnis periklanan sejak berkenalan dengan desain grafis di ISI tahun 1994. Selebihnya, laki-laki kelahiran Rembang, 21 Maret 1975 ini memang menyukai hal yang bersifat kreatif, sehingga tidak salah bila ia kini berkecimpung dalam dunia industri kreatif yang menjual gagasan dan ide segar. Setiap hari.

Bonus pun berdatangan, tidak hanya omset dan jaringan yang semakin banyak. Petakumpet juga menyabet penghargaan dalam dunia periklanan. Setidaknya setiap tahun semenjak tahun 2003 Petakumpet memanen 9 award, 2004 mendapat 7 award, selanjutnya 2005 meraih 6 award kategori gold dan pada 2006 Petakumpet diakui sebagai The Most Creative Agency. Kesemuanya itu merupakan penghargaan yang dianugrahkan Pinasthika, sebuah ajang penghargaan iklan nasional dalam dunia iklan. Selain itu Petakumpet juga mengantongi 14 penghargaan lainnya.

Iklan Tidak Hanya Merayu

Baginya, dunia periklanan saat ini tidak terlihat perkembangan secara signifikan. “Buktinya, kita jarang menjadi lebih cerdas atau tercerahkan setelah melihat atau membaca iklan yang ada saat ini di televisi atau koran.” Melihat yang demikian, Arief kemudian tertarik untuk menyertakan unsur-unsur kearifan lokal dalam materi iklannya. Tengok saja, iklan yang dibuat Petakumpet untuk koran harian Kedaulatan Rakyat. Iklan untuk koran yang beredar di sekitar Yogyakarta dan Jawa Tengah ini, pada bulan ini mendapat penghargaan nasional Cakram Award untuk kategori The Best Print Ad.

“Memang iklan bertujuan membujuk orang untuk membeli produk dalam jangka panjang maupun jangka pendek, tapi lebih dari itu. Iklan seharusnya menyumbang aspek positif pada society yang dikirimi pesan lewat iklan itu.”

Untuk tujuan itu, Arief menjumput satu ungkapan dalam budaya Jawa yang begitu berarti. Tengok saja iklan Kedaulatan Rakyat yang memajang tulisan Migunani Tumraping Liyan. Tiga kata itu bila dicermati benar, maka akan membuat orang mempunyai jiwa penolong dan peduli pada orang lain.


Arief menggunakan kearifan lokal itu bukan semata karena kliennya yang berasal dari media massa yang berperan mewartakan budaya Jawa, tapi ia melihat harta karun satu ini belum banyak dilirik orang. “Orang Indonesia agak susah melihat keunggulan orang Indonesia sendiri, tetapi orang barat yang memotret Indonesia memandang Indonesia dengan sudut pandang yang nol, jadi mereka tahu ini keren, ini menarik, ini humanis,” tambahnya.

Iklan yang dihasilkan Petakumpet tidak semata hasil perasan pikiran biro iklan ini. Arief lebih senang apabila klien juga turut menentukan dan bekerja sama dalam proses pembuatannya. Perjalanan saling memahami itu yang kemudian menjadi titik penting dalam mengeksekusi sebuah iklan dan keberhasilan iklan dalam menggaet pasar.

Good is not enough, menjadi slogan Petakumpet. Iklan yang baik, menurut Arief, tidak hanya berbusa-busa merayu calon pembeli atau melebih-lebihkan sesuatu agar memikat orang. “Iklan harus jujur dan memahami audiensnya dengan penuh empati, sampai audiens merasakan bahwa iklan itu ‘gue banget’. Tanpa dipaksa, mereka akan mengikuti pesan iklan yang memang jujur. Saya biasa menyebutnya iklan yang menjual dengan hati.”

Belum Sukses

Dengan pencapaian yang begitu membanggakan ini, Arief masih merasa belum meraih kesuksesan. “Prestasi itu mengesankan saat diraih, tapi harus segera dilupakan setelah disyukuri. Bulan ini Petakumpet memenangkan penghargaan nasional Cakram Award untuk kategori The Best Print Ad. (Iklan Kedaulatan Rakyat). Tapi sialnya, kami harus segera melupakannya untuk berprestasi lebih baik lagi di masa mendatang.”

Seperti yang disimbolkannya dengan Burung Pheonix. Burung api dalam mitologi Yunani yang setiap terbakar, akan tumbuh lagi phoenik yang baru dari abunya. Sepertinya juga, Petakumpet selalu membakar kebanggan masa lampau untuk melangkah maju ke depan. Untuk mencapai yang lebih tinggi agency yang kini mempunyai karyawan sebanyak 28 orang itu tidak mau menoleh ke belakang, sebab lanskap bisnis selalu berubah naik turun dan tiba-tiba berkelok.

Sumber Artikel dari Majalah Gong Edisi 90

No comments: